Ceritaku dengan Gantungan Kunci

Anda benar-benar sangat humoris, mempunyai kharisma serta cerdas, namun terkadang kurang ajar. saya mencitrakan diriku sebagai akhwat bercelana jeans, idealis-independen, sebagian orang apalagi menyebutku lebih dewasa dari pada umurku waktu itu dengan gantungan kunci karet.

saya tetap ingat benar scene setelah itu, waktu anda mentoyor kepalaku. dipicu ejekanku yang cukup memerahkan kupingmu, meletupkan emosimu, didalam canda. anda tidak gampang marah.

“do not touch mas ! bukan hanya mukhrim !” demikian pekikku sembari menampar lenganmu, cukup keras.

“kurang ajar, lha itu barusan apa ?” lantas anda mentoyor kepalaku lagi. kubalas dengan menampar lenganmu, cuma saja saat ini dengan pertolongan buku teks kuliah setebal satu rim.

Adegan setelah itu yaitu kejar-kejaran layaknya anak kecil. namun mungkin saja, kanak-kanak waktu yang sangat membahagiakan dari tiap-tiap episode hidup manusia. anak-anak adalah manusia jujur, lugu, serta bermain hanya dikarenakan memanglah itu yang mereka kehendaki. bahagia itu saja.

Disisi lain, tidak jarang kita terjun didalam perang debat bersenjata argumen-argumen utopis yang dibangun dari idealisme tiap-tiap, khas aktivis. namun diluar keharusan jabatan, tingkah laku kita jadi layaknya tom and jerry, saling ledek serta jegal sana-sini.

Tidak dapat dipungkiri memanglah, instansi mahasiswa itu seolah jadi cangkir kecil yang mempertemukan ke-2 ego besar kita. didalam bingkai kampus kerakyatan bersaksi lantang untuk tiap-tiap jengkal kenangan. ah, terlampau banyak kenangan di kampusku, di yogyakarta. saya tidak sangsi menyebut jogjaku, kampusku, organisasiku, sebagai rumah ke-2.

Rumah ke-2 yang layaknya delta, yang mempertemukan ke-2 sungai yang tidak sama, serta menyatukannya kedalam aliran yang sama.

Ditahun terakhirku kuliah, anda memberiku gantungan kunci ini, lambang kecil penanda kita dulu berbarengan. bukan hanya suatu hal yang khusus sesungguhnya, dikarenakan anda juga memberikannya pada tujuh pengurus instansi yang lain, dengan photo tiap-tiap. namun bagiku ini romantis. atau cuma saya saja yang jadi demikianlah ?

Leave a comment